Qanaah
dan Tasamuh
A.
Pengertian
Qanaah dan Tasamuh
1.
Qanaah
Menurut bahasa qanaah berarti merasa cukup, sedangkan menurut istilah
qanaah berati merasa cukup dan menerima atas apa yang telah diberikan Allah swt
kepada kita, sehingga mampu menjauhkan diri dari sikap tamak, dan sikap tidak
puas yang berlebihan.
Qanaah bukan berarti diam berpangku tangan dan bermalas-malasan tidak mau
meningkatkan kesejahteraan hidup tapi sesungguhnya orang yang qanaah adalah
orang yang sangat kuat dan bersahaja, dia giat berusaha sekuat tenaga untuk
mendapatkan yang dicita-citakan. Namun apabila menemui kegagalan dia tidak
pernah berpuus asa dan kecewa, bahkan ia selalu sabar dan husnuzhan dengan
keputusan Allah, karena dia punya keyakinan bahwa dibalik semua peristiwa dalam
hidup pasti ada hikmahnya. Dan beruntunglah orang-orang yang selalu merasa
cukup dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya.
Sabda Nabi Muhammad SAW :
عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ طُوبَى لِمَنْ هُدِيَ
إِلَى الإِْسْلاَمِ وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا وَقَنَعَ (رواه
الترمذي)
Artinya :
Dari Fadlolah bin Ubaid bahwasanya dia mendengar Rasulullah saw bersabda :
Sungguh berbahagialah orang yang mendapatkan hidayah Islam dan penghidupannya
sederhana serta mau menerima apa adanya. (HR. Tirmidzi)
2.
Tasamuh
Menurut bahasa tasamuh berarti toleransi atau tenggang rasa, sedangkan
menurut istilah tasamuh adalah sifat dan sikap tenggang rasa atau saling
menghargai antar sesama manusia, walaupun pendirian atau pendapatnya berbeda
(bertentangan) dengan pendiriannya sendiri.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan pernah bisa untuk tidak
membutuhkan orang lain, semua manusia tentu saling membutuhkan. Oleh karena itu
antara satu manusia dengan manusia yang lainnya harus saling memperhatikan dan
saling tolong menolong dalam kebajikan dan dalam berbagai aspek kehidupan,
mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, kemasyarakatan dan aspek kehidupan
kemanusiaan lainya.
Sebagaimana Firman Allah dalam Surat
Al Maidah ayat 2 yang berbunyi :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى
الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Artinya :
“ ... dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Al Maidah : 2)
Tasamuh atau toleransi hanya dibenarkan dalam bidang muamalah dan aspek
kemanusiaan saja, tidak ada toleransi dalam aspek Aqidah dan ibadah, tidaklah
dibenarkan jika seorang muslim ikut merayakan hari natal dan hari kebesaran
agama lainnya demi kepentingan toleransi. Bahkan jika seorang muslim mengikuti
ritual agama lain karena alasan toleransi bukanlah kebaikan yang akan dia
dapatkan tetapi justru khawatir si muslim itu terjebak ke dalam kemusyrikan dan
kemurtadan, naudzubillahi min dzalik. Masalah ritual atau ibadah tidak bisa
dikaitkan dengan toleransi karena ibadah dan aqidah masing-masing agama tidak
bisa dan tidak boleh dicampur adukan.
Firman Allah swt dalam Surat Al kafirun ayat 6 berbunyi :
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Artinya :
untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Walaupun menghargai peribadatan pemeluk agama lain sangat penting artinya
dalam kehidupan manusia, tapi menghargai peribadatan bukan berarti harus
terlibat ikut melaksanakan peribadatan mereka, cukuplah dengan cara membiarkan
mereka beribadah sesuai dengan keyakinannya tanpa harus menggangunya itupun
sudah merupakan bagian dari toleransi.
B.
Contoh Perilaku
Qanaah dan Tasamuh.
1.
Qanaah
Banyak sekali perilaku dalam kehidupan yang mencerminkan
qanaah, dan perilaku-perilaku itu harus kita kembangkan dalam kehidupan
sehari-hari, diantara contoh perilaku yang mencerminkan qanaah adalah :
a.
Giat bekerja
dan berusaha untuk mencapai hasil terbaik
b.
Jika hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak mudah kecewa dan berputus
asa
c.
Selalu
bersyukur atas apa yang menjadi hasil usahanya, dan tidak pernah merasa iri
atas keberhasilan yang diperoleh orang lain
d.
Hidupnya
sederhana dan menyesuaikan diri dengan keadaan, tidak rakus dan tidak tamak
e.
Selalu yakin
bahwa apa yang didapatnya dan yang ada pada dirinya merupakan anugerah dari
Allah swt.
2.
Tasamuh
Islam mengajarkan agar para pemeluknya selalu bersatu dan tidak bercerai
berai, selalu hidup dalam damai dan penuh kasih sayang, bila terjadi
perselisihan dan perbedaan pendapat segeralah selesaikan dengan sebaik-biknya.
Bahkan terhadap pemeluk agama lainpun Islam memerintahkan umatnya untuk saling
menghormati dan menghargai satu sama lain. Ada beberapa prilaku yang
mencerminkan sikap tasamuh yaitu :
a.
Meghormati
pelaksanaan ibadah pemeluk agama lain
b.
Tidak mencela
atau memaki sesembahan pemeluk agama lain
c.
Saling membantu
dalam bidang kemasyarakatan
d.
Lapang dada
dalam menerima setiap perbedaan, dan tidak memaksaan kehendaknya sendiri
e.
Selalu menjaga
ketenangan dan ketentraman di masyarakat, dan selalu menciptakan hubungan yang
baik dengan sesama warga masyarakat.
C.
Membiasakan
Perilaku Qanaah dan Tasamuh dalam Kehidupan sehari-hari
1.
Qanaah
Sebagai manusia yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitar,
maka pembiasaan perilaku qanaah dapat dilakukan pada tiga keadaaan/lingkungan,
yaitu qanaah dalam lingkungan sekolah, dalam lingkungan keluarga, dan dalam
lingkungan masyarakat. Bila perilaku qanaah itu telah bisa kita laksanakan pada
ketiga lingkungan tersebut maka kita akan mendapatkan hikmah yang besar,
diantaranya :
a.
Meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
b.
Mendorong
setiap muslim untuk berlapang dada, berhati tentram, dan selalu merasa
berkecukupan.
c.
Memupuk jiwa
sabar dan tawakal
d.
Terhindar dari
sikap tamak, serakah dan dengki
e.
Membiasakan
diri untuk hidup sederhana sesuai ajaran Islam
2.
Tasamuh
Sama halnya dengan qanaah tasamuhpun bisa dilakukan dalam tiga
keadaan/lingkungan, yaitu tasamuh dalam lingkungan keluarga, dalam lingkungan
sekolah, dan dalam lingkungan masyarakat. Banyak hikmah yang akan didapat bila
kita bisa membiasakan perilaku tasamuh pada ketiga lingkungan tersebut,
diantaranya adalah :
a.
Mempererat
persatuan dan kesatuan serta persaudaraan diantara sesama manusia
b.
Mendorong
manusia saling tolong menolong dan saling hormat menghormati
c.
Berlapang dada
atas segala perbedaan dan menghindari sifat egois
d.
Menumbuhkan
rasa cinta terhadap sesama dan menghindarkan dari kekerasan
e.
Menjauhkan
sifat sombong dan menumbuhkan sifat bertanggung jawab.
Kisah Teladan
Pengakuan Seorang Tokoh Masyarakat
Irlandia
Yang masuk Islam karena ajaran Toleransi dalam
Islam
T.H. McBarkli (Irlandia)
Saya hidup dalam lingkungan para penganut aliran Protestan, dan sejak kecil
saya merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran ke-Kristenan. Maka sesudah saya
masuk universitas, keraguan saya itu menjadi kenyataan, sebab agama Kristen
--seperti yang saya lihat-- sedikit sekali artinya, atau bahkan bukan apa-apa
buat saya. Dalam keputusasaan saya untuk menemukan kepercayaan yang mengandung
segala nilai yang saya cita-citakan, saya telah mencoba memberi kepuasan kepada
jiwa saya dengan cara menggambarkan suatu kepercayaan yang tidak begitu jelas
memancar dari dalam jiwa saya.
Pada suatu hari saya mendapat sebuah buku yang berjudul 'Islam and Civilization.'
Belum selesai saya membaca buku itu, sudah ternyata bagi saya bahwa aliran yang
ditunjukkan oleh buku itu hampir semuanya mengandung apa yang telah saya
khayalkan mengenai kepercayaan.
Toleransi Islam bertentangan dengan fanatisme aliran-aliran Kristen, ilmu
pengetahuan dan kemajuan negeri-negeri Islam pada abad pertengahan berlawanan
dengan kebodohan dan khurafat yang merajai negeri-negeri lain pada waktu yang
sama, dan teori logis dari Islam mengenai pembalasan atau hukuman terhadap
segala amal perbuatan manusia merupakan tantangan terhadap teori penebusan dosa
manusia yang diajarkan oleh Kristen. Semua itu merupakan soal-soal yang
meyakinkan saya.
Akhirnya saya yakin atas kebenaran ajaran Islam yang luas meliputi seluruh
alam kemanusiaan, untuk yang kaya dan yang miskin secara sama rata, bisa dan
mampu melenyapkan segala rintangan yang ada antara segala aliran dan warna
kulit
Diambil dari :
Mengapa Kami
Memilih Islam
Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung
Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung